Nama lengkapku Nur Nilam
Sarumaha. Biasa dipanggil
Nilam. Saat ini saya menjalani peranku
sebagai seorang istri sekaligus mengelolah sebuah usaha online yang saya beri nama Glow's Shop (Glow's Batik) yang menjual aneka busana pria, wanita dan anak-anak, termasuk tas batik, tas rajutan, dll. Sejak menikah
Desember 2009, saya sepakat dengan suami, bahwa saya yang akan pindah ke Yogyakarta. Namun sebelum pindah ke Yogyakarta, saya terlebih
dahulu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pelayananku di daerah Curug,
Bogor. Jadi sejak Akhir Agustus 2010,
saya sudah berdomisili di Yogyakarta.
Saya terlahir dari keluarga
Kristen, anak kelima dari tujuh bersaudara.
Sejak kecil rajin sekolah minggu.
Di keluargaku sendiri, setiap pagi dan malam menjelang tidur selalu ada
biston. Tetapi semua itu saya ikuti oleh
karena memang itu yang berlaku dalam keluargaku. Makna kekristenan sendiri aku tidak mengerti
dan pengorbanan Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan juga aku tidak pahami.
Setelah menamatkan Sekolah Dasar,
saya pindah dan masuk SMTP ke kota lain (SMTP Negeri
I Gunung Sitoli Kab. NIAS).
Tinggal bersama kakak sulungku yang juga kuliah di kota tersebut. Saya hanya tinggal sekolah, segala
kebutuhanku tidak terlalu aku pikirkan karena kakakku selalu menyediakan
semuanya. Namun semuanya berubah sejak saya naik
kelas dua. Kakakku sudah merampungkan
kuliahnya dan akhirnya pulang ke rumah (desa Sifaoro’asi kec. Amandaya kab. NISEL). Tinggallah saya sendiri bersama dengan teman
kakakku yang satu kost dengan kami.
Sejak dari sinilah saya merasakan tentang kasih Tuhan dan pertolongan-Nya.
Jawaban Doa dan Awal Pengenalanku akan Dia
Sejak
kakakku pulang kampung tinggallah saya sendiri bersama teman kakakku yang satu
kost dengan kami. Pada masa itu,
transportasi masih sangat sulit sekali.
Jangankan ada HP, Pos juga
masih sangat sulit menjangkau daerah-daerah pedesaan. Surat yang saya kirim juga bisa berminggu-minggu bahkan bulanan baru sampai. Tidak jarang, suratku tidak disampaikan kepada keluarga, sehingga saya hanya bisa menunggu dan menunggu. Makhlum
saya hanya titipkan pada supir kendaraan jurusan kampung halamanku. Jika mereka berbaik hati maka akan di
sampaikan ke orang tuaku.
Suatu
hari, kami kehabisan beras. Bumbu dapur
dan minyak kompor juga sudah habis.
Sepeser uang tidak ada ditanganku.
Teman kakakku
yang satu kost denganku juga berkata bahwa ia tidak memiliki uang. Hari pertama saya masuk sekolah dengan tidak
makan. Hari kedua demikian juga. Saya
merasa lemah sekali. Akhirnya dihari
ketiga, sepulang sekolah aku merasa sangat lemah dan berasa mau pingsan. Saya hanya bisa menangis seorang diri. Teman kakakku yang satu kost dengan kami masih di kantor tempat ia bekerja.
Saat itu saya merasa sendiri dan tidak ada orang yang perhatian padaku. Akhirnya sekitar jam tiga sore, saya bangkit
dan mengunci semua pintu. Yang saya lakukan saat itu mencoba berdoa kepada
Tuhan Yesus. Sambil berlutut dan terus
menangis, saya mengucapkan doa yang tidak beraturan kepada Tuhan. Saya memohon kiranya Tuhan mau tolong
saya. Selesai berdoa, saya tertidur dan
akhirnya sekitar jam 5 sore pintu rumah kost kami diketuk, aku membukakan
pintu, ternyata teman kuliah kakak saya yang datang. Saat itu ia sangat prihatin melihat keadaanku
dan memberi uang untuk beli makanan.
Tetapi saya menolaknya karena saya sudah dipesan terlebih dahulu oleh
kakakku untuk tidak menerima uang sembarang orang terkecuali keluarga/family
yang saya kenal. Akhirnya teman kuliah
kakakku mengingatkan bahwa saya mempunyai famili di kota tersebut. Sebelumnya kakakku juga pernah tinggal
di sana. Akhirnya saya diantar kesana dan
puji Tuhan saya diterima dengan baik, bahkan mereka menyesalkan kejadian
tersebut karena saya tidak secepatnya memberitahukan kepada mereka tentang
kondisiku.
Sejak
saat itu saya mulai mengerti arti sebuah doa.
Saya mengerti bahwa Tuhan selalu ada dan mendengar apabila aku
berseru kepadaNya. Ia selalu
menjawab apabila aku meminta sesuatu kepadaNya.
Dan saya sangat bersyukur sekali, sehingga sejak saat itu saya terbuka
untuk menyerahkan seluruh hidupku kepadaNya.
Inilah awal dari pengenalanku akan Tuhan dan awal komitmenku untuk
melayani Dia.
Penyertaan Tuhan
Selalu Tepat Waktu
Sejak saya mengalami kasih Tuhan dan merasakan pertama sekali dalam hidupku, ada
banyak hal yang terus menerus Tuhan perbuat dalam hidupku. Saat itu saya bercita-cita setelah menamatkan
SMTA, maka saya akan melanjutkan ke sekolah tinggi theologi. Namun ternyata saat itu saya diproses
sedemikian rupa sehingga saya harus menunggu sampai 5 tahun baru bisa kemudian
meneruskan kuliah. Saya tidak patah
semangat, saya selalu menanti dan berharap bahwa suatu saat pasti saya akan
sekolah juga.
Akhirnya
kesempatan itu tiba dan saya bisa meneruskan sekolah lagi.
5 tahun memang bukan waktu yang singkat namun saya percaya bahwa
pertolongan Tuhan itu selalu tepat waktu.
Dari tahun 2000 saya mulai kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Agapes Jakarta.
Saat itu, ada kekuatiran dalam diriku bahwa aku tidak akan mampu untuk
mengikuti kegiatan kelas, mengingat banyak teman-teman yang baru lulus SMA
langsung kuliah. Tetapi hal itu tidak
membuat saya minder, sembari terus berdoa dan berharap kepada Tuhan, saya juga
belajar dengan tekun. Puji Tuhan, karena
saya termasuk salah satu mahasiswa yang memiliki indeks prestasi bagus, pada tahap pertama kuliah, saya sudah
mendapatkan sponsor untuk uang kuliah.
Bukan hanya itu saja yang Tuhan sediakan. Semua kebutuhan saya selalu tercukupi setiap
bulannya. Saya bersyukur, karena saya
tidak terlalu membebani kedua orangtuaku untuk biaya-biaya kuliahku.
Setelah
selesai tahun 2004, saya sebenarnya memiliki kerinduan untuk terus kuliah dan mengambil S-2. Namun kerinduan itu harus tertunda dan belum bisa saya wujudkan. Akhirnya, saya bersama seorang teman, dipercayakan oleh sebuah
yayasan Kristen untuk membuka kembali sebuah sekolah yang telah ditutup di
daerah curug, Bogor. Diawal pelayanan
kami, kami merasakan betapa sulitnya mendapat kepercayaan dari masyarakat
setempat, mengingat Sekolah tersebut ditutup oleh karena sebuah kasus. Namun kami tidak patah semangat, sembari
terus berdoa, kami juga berusaha terus menerus mengunjungi setiap rumah. Puji Tuhan, dari tahun ke tahun akhirnya jumlah murid bertambah. Dan pelayanan anak
dan orang tua menjadi bagian dari sekolah tersebut.
Dipenghujung tahun 2009, saya menikah dan harus mengikuti suami yang berdomisili di Yogyakarta. Tugas dan tanggung jawab pelayananku di sekolah, diteruskan oleh teman saya. awal September 2010 saya sudah berdomisili di Yogyakarta. Sejak berdomisili di Yogyakarta, pergumulanku untuk melanjutkan kuliah dijawab oleh Tuhan. Saya kuliah di STTII Yogyakarta. Saya sangat bersyukur menjalani ini semua. Saya bersyukur untuk setiap doa-doa yang Tuhan selalu dengar. Ia memberikan jawaban yang tepat sesuai dengan kebutuhan yang saya perlukan. Bahkan penyertaan dan pertolonganNya juga tidak pernah terlambat. SEMUA OLEH KARENA KASIHNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar