Sabtu, 03 Desember 2011

kata ‘Percaya/Melihat’ Dalam Injil Yohanes

            Kata percaya merupakan salah satu kata kunci dalam Injil Yohanes.  Kata ini diulang sebanyak 98 kali dalam bentuk kata kerja pistew dan tidak ada satu katapun dalam bentuk kata benda.  Pada umumnya diterjemahkan menjadi percaya, meskipun ada kalanya dipakai kata mempercayakan (2:24).  Kata ini dapat diartikan sebagai satu tindakan yang dilakukan yang berkaitan dengan pernyataan pribadi atau penyerahan diri seutuhnya kepada Kristus, dan bukan hanya sekedar benda atau sesuatu yang dimiliki seseorang.  Ada kelangsungan  proses percaya, yang menunjukkan proses perkembangan.
             Penulis Injil Yohanes mengartikan percaya sebagai tanda menerima Yesus.  Ia menuliskan bahwa Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus (1:7).   Yohanes pembaptis berperan sebagai seorang saksi yang memberitakan tentang Yesus.  Tujuannya adalah supaya semua orang menjadi percaya. 
            Selain kesaksian Yohanes Pembabtis, penulis Injil ini juga menuliskan pernyataan diri Yesus pada masyarakat yang menimbulkan perbedaan pendapat. Yesus memberikan pernyataan-pernyataan tentang diri-Nya yang mengundang berbagai macam reaksi dan tindakan orang-orang yang mendengar-Nya (5:46; 6:35, 40; 7:38; 8:24, 31; 11:25, 26; 12:46; 14:11, 12).  Dapat dimengerti bahwa Yesus memberikan pernyataan tentang diri-Nya dengan harapan agar orang mempercayai-Nya dan memiliki iman yang mampu menguraikan dengan sejelas-jelasnya akibat percaya dan tidak percaya.  Dalam Injil Yohanes ini, terdapat berbagai macam reaksi atau respon orang dalam menanggapi pernyataan Yesus tentang diri-Nya.

Respon 1: orang tidak percaya
            Yohanes menuliskan bahwa mereka yang mendengar kata-kata Yesus ada yang menolak untuk percaya.  Dalam Yohanes 1:10 dikatakan bahwa dunia menolak karena tidak mengenal Dia.  Dunia yang dimaksud bukan dalam pengertian alam semesta atau bumi, akan tetapi dunia dalam arti manusia yang selalu melawan Allah, yang kecenderungan hatinya untuk selalu berbuat jahat. 
            Walaupun perkataan-perkataan Tuhan Yesus dapat membawa hidup, namun diantara murid-Nya sendiri ada yang tidak percaya (6:64).  Dan juga saudara-saudara-Nya (7:5).  Bagi orang yang tidak percaya tentu perkataan-perkataan Tuhan Yesus tidak akan membawa hidup baginya. 
            Meskipun mereka telah melihat tanda-tanda yang diperbuat-Nya, dan tidak dapat membantah semua tanda-tanda tersebut, mereka tetap saja menolak dan memilih untuk tidak percaya kepada Dia (9:24-34; 11:47-53; 12:37; 15:24).  Mereka menolak Dia dan tidak percaya karena mereka tidak dipilih sebagai domba-Nya (10:26).

Respon 2: orang yang mulai percaya Yesus.
            Beberapa orang yang mengikut Yesus dan mendengar perkataan-Nya mulai terbuka untuk percaya.  Mereka memilih untuk melihat tanda-tanda yang diperbuat-Nya. Tetapi dalam posisi ini, mereka baru sekedar melihat tanda dan mujizat tetapi tidak sepenuhnya mengenal identitas Yesus. Beberapa dari antara orang banyak yang melihat Yesus  tetapi belum mengenal identitas keilahian-Nya (6:36). 
            Walaupun mereka yang datang masih belum mengenal identitas keilahian-Nya, namun Yesus berkata, “...Barang siapa yang datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang (6:37b).  Dia berjanji untuk menyambut dan tidak membuang mereka, bahkan beberapa murid-Nya yang dari awal juga tidak mengenal-Nya (6:64), beberapa dari antara orang Yahudi (8:31; 11:45; 12:11), yang selama pelayanan Yesus mereka tidak menyadari dan tidak mengerti apa yang mereka lihat (14:8-10).  

Respon 3: Perkara orang datang untuk percaya, namun takut mengakui secara terbuka.
            Dalam Injil Yohanes ini, ada jenis orang-orang yang sudah percaya Yesus namun masih takut mengakui identitasnya yang baru.  Mereka lebih memilih percaya secara diam-diam dan menjaga kerahasiaan iman mereka.  Alasan utama dari jenis orang-orang ini adalah karena status mereka di tengah-tengah masyarakat. 
            Beberapa contoh dalam Injil Yohanes dicatat, antara lain: Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang datang kepada Yesus pada waktu malam (3:1-10).  Orang tua dari seorang yang lahir buta, tidak mengakui imannya secara terbuka bahwa Yesus adalah Mesias karena takut pada orang-orang Yahudi yang akan mengucilkan mereka (9:18-23).  Beberapa pemimpin yang takut berterus terang karena orang-orang Farisi (12:42).  Dan Yusuf dari Arimatea yang juga murid Yesus, tetapi secara sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi (19:38-39).

Respon 4: “Melihat dan Percaya”
            Pengalaman Nathanael sebelumnya bersama Yesus (1:50), semakin nyata dan jelas dalam pengalaman mereka hadir di perkawinan di Kana.  Ketika para murid mulai melihat tanda-tanda-Nya yang pertama, dan melalui tanda tersebut Dia menyatakan kemuliaan-Nya, mereka percaya kepada-Nya (2:11).  Selanjutnya dari tanda-tanda yang diperbuat Yesus, juga banyak orang menjadi percaya.  Tidak dapat disangkal bahwa iman muncul karena melihat tanda-tanda tersebut (2:23-25).
             Sungguh hal yang sangat ironis bila dibandingkan dengan orang-orang farisi yang sudah lama melihat Yesus dan tanda-tanda yang diperbuat-Nya, dengan orang yang buta yang baru disembuhkan-Nya.  Jika orang-orang farisi (pemimpin agama Yahudi) tetap melawan Tuhan Yesus dan pengikut-Nya, maka orang buta yang sudah disembuhkan Tuhan Yesus justru dengan mantap mengakui imannya (9:35-41).  Tomas yang awalnya menolak kesaksian murid-murid yang lain yang berkata: “Kami telah melihat Tuhan!” (20:25).  Namun akhirnya menjadi percaya ketika ia melihat bekas paku pada tangan Tuhan Yesus dan mencucukkan jarinya pada bekas paku tersebut dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung-Nya (20:27).  Dalam peristiwa ini, Penolakan Tomas mewakili murid-murid yang memiliki iman yang lemah.

 Respon 5: Percaya bahkan tanpa melihat
            Satu pengalaman iman yang menarik yang disampaikan penulis adalah ketika Yesus berjumpa dengan orang-orang Samaria (4:41-42).  Dalam kasus ini, tidak ada catatan mengenai tanda atau mukjizat yang diperbuat Yesus untuk membuat mereka percaya, kecuali tentang perkataan Yesus kepada perempuan Samaria mengenai kehidupan moralnya.  Disini dapat dilihat bahwa hanya dengan perkataan Yesus, terjadi panen jiwa yang semakin meluas.  Mereka percaya bukan karena perkataan perempuan samaria tersebut, akan tetapi mereka percaya karena mereka yakin bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat, bukan hanya untuk orang Yahudi, melainkan secara universal yaitu seluruh dunia (3:16).
            Di dalam Yohanes 4:53, lebih dipertegas lagi bagaimana seorang perwira di Kapernaum yang hanya mendengar perkataan Yesus, ia percaya bahkan seisi keluarganya. Martha yang percaya sebelum Lazarus dibangkitkan (11:27), dan orang percaya kemudian sampai pada hari ini.

Kesimpulan (Dampak dari Percaya Yesus dan Tidak percaya Yesus)
            Percaya Yesus memiliki dampak dalam kehidupan orang percaya.  Injil Yohanes mencatat bahwa janji firman-Nya bagi orang percaya adalah: menjadi "anak-anak Allah" (1:12), memperoleh "hidup kekal" (3:15-16, 36; 5:24; 6:40, 47), tidak "binasa" (3:16), tidak "dihukum" (3:18), tidak “di bawah penghakiman" (5:24),  tidak akan "lapar" atau "haus" (6:35), "Mengetahui" Yesus dan Bapa (4:42; 6:64, 69; 10:38), hidup sekalipun ia mati (11:25-26), memiliki "air hidup" (7:38); menerima Roh (7:39), menjadi "murid" Yesus (8:31; 15:14-15), melihat "kemuliaan Allah" (11:40; 1:50), menjadi "anak-anak terang" memiliki "hidup dalam nama-Nya" (20:31). Tetapi dampak bagi orang yang tidak percaya adalah berada dibawah “penghukuman” (3:18), tidak akan melihat hidup, melainkan “murka Allah” (3:36).

                       

1 komentar: