Jumat, 02 Desember 2011

Roh Kudus Dalam Kitab Wahyu

            Kitab Wahyu merupakan kitab terakhir dalam keseluruhan kitab suci, dan merupakan kitab yang sebagian besar memuat hal-hal yang belum tergenapi atau bersifat nubuatan.   Salah satu keunikan kitab ini adalah bahwa kitab ini tidak menyebutkan kata Roh Kudus secara harafiah, namun tetap menggunakan istilah roh (Wahyu11:11; 17:3; 19:10; 21:10), Roh (1:10; 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22; 14:13; 17:3; 19:10; 21:10; 22:17)  ataupun Roh Allah (Wahyu 1:4; 3:1; 4:5; 5:6).
            Dapat dikatakan bahwa kata Roh merupakan kata kunci untuk dapat memastikan keberadaan Roh Kudus dan juga peranan-Nya di dalam kitab ini.  Istilah roh atau Roh yang dalam bahasa Yunani disebut pneu=ma ini dipakai sebanyak 24 kali.  Kata ini digunakan antara lain: satu kali tentang nafas Allah (11:11), satu kali tentang nafas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; 18:2) satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; 5:6) dan 14 kali mengenai Roh (1:10; 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22; 14:13; 17:3; 19:10; 21:10; 22:17). 
             Dilihat dari penggunaan kata pneu=ma dalam ayat-ayat tersebut, memang tidak ada istilah yang secara khusus tertuju kepada pribadi Allah yang ketiga yaitu Roh Kudus.  Namun tidak berarti bahwa Roh Kudus tidak ada dalam kitab Wahyu.  Sebab jika demikian maka Roh Kudus sebagai pribadi Allah menjadi pribadi yang terbatas, tidak maha hadir, tidak maha kuasa dan juga tidak maha tahu.
            Oleh sebab itu, sekalipun kitab Wahyu tidak menuliskan secara harafiah tulisan Roh Kudus, namun bukti keberadaan dan peranan Roh Kudus sebagai pribadi Allah yang ketiga dapat ditelusuri berdasarkan pemakaian istilah pneu=ma di dalam kitab Wahyu ini. 
A.  Bukti Keberadaan Roh Kudus dalam kitab Wahyu
            Wahyu 1:4-6 berbunyi “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya — dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, — bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.”  
            Dari ayat-ayat tersebut di atas, dijelaskan bahwa Rasul Yohanes si penulis kitab Wahyu, menuliskan surat kepada ketujuh jemaat di Asia Kecil.  Namun hal yang sangat mengagumkan adalah bahwa penulis kitab Wahyu menekankan tentang “Kasih Karunia dan damai sejahtera” yang bersumber dari tiga oknum pribadi yakni:
·         Dia yang ada dan yang sudah ada dan yang datang.        
·         Ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan
·         Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.
            Frase “yang ada dan yang sudah ada dan yang datang” merupakan sebutan yang menunjuk pada nama Allah dalam Perjanjian Lama  "I Am" (YHWH), yang dalam Septuaginta, nama Allah  yang disebut dalam Keluaran 3:14 diterjemahkan “Aku adalah Dia yang ada” dan dalam bentuk yang sama di jelaskan juga dalam Targum.[1]  Frase ini digunakan bagi Allah Bapa dalam Wahyu 3:4, 8 dan Yesus Kristus dalam Wahyu 3:17, 18 (lih.Ibr 13:8). Pengalihan tujuan dari sebutan YHWH kepada Yesus adalah salah satu cara penulis PB menegaskan ke Ilahi-an Yesus Kristus.  Frase “Dia yang ada dan yang sudah ada dan yang datang” ini juga menunjukkan sifat Allah yang kekal dan tidak akan berubah untuk selama-lamanya (Why 1:8; 4:8). 
            Frase "ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya.”  merupakan frase yang berada di antara referensi Allah sebagai Bapa dan Yesus sebagai Mesias, tidak salah jika banyak yang menyatakan bahwa pasti merujuk pada Roh Kudus.  Namun hal ini tidak dapat dipastikan, mengingat adanya angka/bilangan 7 (tujuh) yang mendahului kata “Roh” tersebut.  Dave Hagelberg menuliskan dalam bukunya Tafsiran Kitab Wahyu bahwa naskah kuno dalam bahasa Yunani tidak membedakan antara huruf  besar (Roh) dan huruf  kecil (roh), maka ada dua kemungkinan arti dari ungkapan tersebut yakni:  Pertama, sebutan "ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya " menunjuk pada tujuh makhluk surgawi.  Kedua, sebutan tersebut menunjuk kepada Roh Allah yang sempurna.[2] 
            Tujuh makhluk surgawi yang dimaksud menunjuk kepada tujuh malaikat yang ada di hadapan Allah dalam Wahyu 8:2. Jika angka tujuh dalam ayat ini menunjuk pada kuantitas atau jumlah Roh tersebut, maka penafsiran bahwa ketujuh  Roh tersebut adalah tujuh malaikat tepat.  Tetapi bagaimana mungkin ‘malaikat’ bisa muncul di antara Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus dalam suatu pemberian berkat?  Disisi lain jika Rasul Yohanes memang memaksudkan tujuh malaikat, semestinya ia menggunakan istilah ‘malaikat’ seperti dalam Wahyu 8:2 dan bukan menggunakan istilah ‘roh.’
            Penafsiran lain mengatakan bahwa  ketujuh Roh tersebut kemungkinan merujuk pada kiasan kepada Yesaya 11:2 dari Septuaginta, di mana ketujuh karunia Roh disebutkan. Namun, dalam teks Masoret hanya ada enam karunia yang disebutkan.[3]  Homer Hailey juga tidak setuju dengan penafsiran ini dengan alasan bahwa di dalam Yesaya 11:2, di sana nabi itu menggambarkan Roh Yehovah dalam tiga bait / untai yang bersifat menggambarkan, membuat enam ciri / sifat dan bukannya tujuh.[4] 
            “Tujuh Roh” dalam ayat ini juga disebut dalam Wahyu 3:1; 4:5 dan Wahyu 5:6.  Dalam ayat-ayat ini lebih dipertegas bahwa “ketujuh Roh” tersebut adalah Roh Allah.  “ketujuh Roh” tersebut mengungkapkan kesempurnaan tak terbatas dari Roh Kudus.[5]  Selain itu, dalam konteks kitab Wahyu juga tidak ada penjelasan bahwa “ketujuh Roh Allah” menyembah kepada Tuhan, karena Roh Allah tidak menyembah Tuhan.  Dengan demikian maka dapat diidentifikasikan bahwa Roh dalam Wahyu 1:4 tersebut menunjuk kepada Roh Allah yaitu Roh Kudus.
            Dalam ayat 5 dinyatakan  bahwa Yesus Kristus adalah Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini, sebagai sumber berkat kasih karunia dan damai sejahtera.  Yesus Kristus yang adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal, di sini diletakkan di tempat terakhir.  Ini bukan sesuatu yang aneh, karena salah satu pribadi Tritunggal itu di muka, di tengah, atau di belakang tidak menjadi masalah karena ketiga-Nya satu, sehakekat, dan setara.[6]  Dalam Wahyu 1:4 ini Yesus Kristus diletakkan terakhir mungkin karena dalam ayat-ayat selanjutnya (ay 5b-7) Yohanes terus membahas / membicarakan tentang Yesus. Yesus Kristus disebut Saksi yang setia menunjukkan bahwa Dialah sumber Wahyu yang diberikan Tuhan Allah.  Dia adalah Pribadi ketiga dalam Tritunggal yang berkuasa atas raja-raja di Bumi.  Kebenaran ini mendasari segala yang ada dalam kitab Wahyu.
            Jadi, disini terlihat sangat jelas bahwa Rasul Yohanes menekankan tiga Pribadi Allah Tritunggal dan ketiganya adalah sejajar.  Dalam Wahyu 1:4-5 tujuh Roh Allah diletakkan pada urutan kedua, bukan urutan ketiga. Ini mewahyukan bahwa ketujuh Roh Allah memiliki peran yang sangat penting. Tujuh adalah angka lengkap dalam pekerjaan Allah, misalnya Allah menciptakan bumi selama enam hari ditambah satu hari Sabat. Selain itu, ada tujuh zaman dalam Alkitab. Dalam kitab Wahyu terdapat tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan untuk pergerakan Allah menurut zaman. Maka tujuh Roh dapat dianggap sebagai pergerakan Allah di bumi. Dalam hakiki dan eksistensi-Nya, Roh Allah adalah satu; dalam fungsi untuk pergerakan Allah, Roh Allah adalah tujuh kali lipat. Ini seperti kaki dian dalam Zakharia 4:2, dalam eksistensinya adalah satu kaki dian, tetapi dalam fungsinya adalah tujuh dian.  Angka ‘”tujuh” melambangkan kesempurnaan, keutuhan dan kelimpahan.
            Sangat jelas bahwa Rasul Yohanes sangat mengutamakan keberadaan Allah Tritunggal dalam kitab ini.  Hal ini memberi kepastian bahwa ketujuh Roh yang dimaksud adalah pribadi Allah yang ketiga yaitu Roh Kudus.  Roh Kudus yang disebut “tujuh Roh” dengan empat kali pemakaian tersebut, semuanya menyatakan kesetaraan Roh Kudus dengan Kristus dan Allah Bapa.  Ia adalah sumber segala damai sejahtera dan kasih karunia, yang Maha hadir, Maha kuasa dan juga Maha tahu.  Ia adalah yang mulia dan yang berwibawa, yang bersama dengan Anak Domba yang disembelih itu mengabarkan berita Injil ke seluruh dunia, agar segala bangsa diselamatkan.
B. Peranan Roh Kudus Dalam Kitab Wahyu
            Dalam kitab Wahyu ini, terdapat berbagai peranan Roh Kudus yang dapat dipelajari antara lain:
1.      Roh Kudus Menguasai hidup Rasul Yohanes dalam menyatakan penglihatan (Wahyu 1:10; 4:2; 17:3; 21:10)
            Dalam Kitab Wahyu, ada 4 (empat) kali dijelaskan tentang ungkapan “dalam Roh,” yakni dalam Wahyu 1:10; 4:2; 17:3 dan Wahyu 21:10.  “Dalam Roh” Rasul Yohanes mampu melihat suara yang berbicara kepadanya, melihat tujuh kaki dian dari emas dan melihat seorang serupa Anak Manusia (Why. 1:10-20).  “Dalam Roh” Rasul Yohanes mampu melihat Dia yang bertahta (Why. 4:1-5:14).  “Dalam Roh” yang sama juga telah membawa Rasul Yohanes ke padang gurun dan melihat seorang perempuan yang duduk di atas seekor binatang yang berwarna merah ungu dan penuh dengan tulisan nama-nama hujat (Wahyu 17:3-6) serta “Dalam Roh” Rasul Yohanes melihat kota yang kudus yaitu Yerusalem turun dari Surga, dari Allah (Why. 21:10).
            Dave Hagelberg mengutip pendapat Bauckham yang mengatakan bahwa “setiap kali ungkapan “dalam Roh” dipakai, maka Rasul Yohanes akan melihat penglihatan.[7] Penglihatan tersebut datangnya dari Tuhan Yesus Kristus yang mewahyukan kepada Yohanes (Wahyu 1:1).  Dan jikalau tidak ada gerakan Roh Kudus, tidak ada seorangpun yang dapat mengakui Yesus sebagai Tuhan (1 Kor. 12:3).  Selain Roh Allah, tidak ada yang mengetahui tentang Allah; hanya Roh Kudus yang menembusi rahasia Allah (1 Kor. 2:9-16).  Jadi apa yang dilihat, dipahami dan dicatat Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu tidak lain adalah pekerjaan Roh Kudus.
2.      Roh Kudus mengumumkan Firman Kristus kepada jemaat-jemaat (Wahyu 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22)
            Dalam setiap surat yang dituliskan Rasul Yohanes kepada jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodokia, pemberi Firman dinyatakan secara berlainan (Why. 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 14).  Namun pemilik surat tersebut adalah Tuhan Yesus Kristus. Permulaan berita yang disampaikan Rasul Yohanes kepada setiap jemaat adalah Firman Tuhan Yesus Kristus.  Dialah pemberi Wahyu yang dinyatakan sebagai “memegang ketujuh di tangan kanan-Nya dan berjalan diantara ketujuh kaki dian” (Why. 2:1) , “Yang telah mati dan hidup kembali” (Why. 2:8), Yang memakai pedang tajam dan bermata dua (why. 2:12), “Yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga” (Why. 2:18), “Yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang” (Why. 3:1), dan “Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah” (Why. 3:14).
            Namun hal yang unik adalah bahwa di bagian akhir setiap surat tersebut selalu diakhiri ungkapan “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (Wahyu 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22).  Apa yang difirmankan Roh adalah apa yang difirmankan Kristus.[8]  Firman Tuhan Yesus Kristus dan Firman Roh Kudus adalah satu. Hal ini menyatakan kesehatian Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus waktu berfirman kepada jemaat.  Jadi, apa yang dikatakan Roh Kudus adalah apa yang dikatakan Tuhan Yesus Kristus, juga merupakan perintah yang harus ditaati jemaat.
3.      Roh Kudus mengumumkan akhir hidup orang-orang yang mati di dalam Tuhan dalam masa Tribulasi (Why. 14:13).
               Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" (Why. 14:13).  Dalam ayat ini Rasul Yohanes menuliskan bahwa Roh Allah atau Roh Kudus sendirilah yang mengumumkan bagaimana akhir hidup orang-orang yang mati di dalam Tuhan pada masa tribulasi.  Roh Kudus berkata bahwa perbuatan mereka yang menyertai mereka.  Orang-orang yang matinya di dalam Tuhan pada saat itu akan menerima hadiah bagi kesetiaan, ketersediaan, dan ketekunan mereka.
4.      Roh Kudus dan pengantin perempuan  mengundang orang-orang untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus Kristus (Why. 22:17).
               Dalam Wahyu 22:17 ini dikatakan “ Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”  Ini adalah terakhir kali Roh Kudus disebut dalam Alkitab dan hal ini juga menunjukkan bahwa Ia mengilhami pengantin perempuan (yaitu, gereja) supaya mengundang semua yang ingin keselamatan untuk datang kepada Kristus.  
               Roh dan pengantin perempuan itu berkata, “Marilah!”  Meskipun ada interpretasi yang berbeda dari bagian ini, karena ada yang menganggap bahwa frase ini adalah undangan Injil kepada semua orang yang membutuhkan dan akan menerima pemberian Allah dalam Kristus[9] tetapi tampaknya frase ini merupakan permohonan yang tertuju kepada Tuhan Yesus Kristus.  Roh Kudus dan pengantin perempuan mengajak Tuhan Yesus Kristus supaya datang, yang disambut Tuhan Yesus Kristus  dengan “Ya, Aku datang segera!” (Why. 22:20).  Dan setiap orang yang mendengar undangan tersebut juga disuruh untuk ikut mengundang orang lain.  Lalu barang siapa yang haus dan barang siapa saja yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, dan meresponi pemberian cuma-cuma dari Allah di dalam Anak-Nya, diajak datang dan mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.  Hal ini haruslah menjadi dorongan untuk semua orang dan siapapun untuk meresponi! Amin.


















            

1 komentar: